STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (SPBM)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia
mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak, dikarenakan angka pertumbuhan
penduduk setiap tahunnya juga sangat tinggi. Kebanyakan dari jumlah penduduk di
Indonesia saat ini berada di masa produktif atau bisa juga dikatakan ada pada
masa remaja dan dewasa. Hal ini menunjukkan bawa penduduk Indonesia yang berada
di usia sekolah masih banyak. Di masa-masa produktif seperti itu penduduk
Indonesia masih harus menata pendidikan sebaik mungkin untuk mencapai masa depan
yang baik.
Dalam pelaksanaan
pendidikan, di Indonesia ada berbagai macam cara pengajaran yang bisa dilakukan
oleh para pengajar. Cara pengajaran yang dilakukan oleh pengajar bisa disebut
strategi. Ada bermacam-macam strategi yang bisa diterapkan oleh para guru pada
saat pembelajaran, seperti strategi pembelajaran ekspositori, inkuiri, berbasis
masalah, kooperatif, dan lain sebagainya. Guru bisa saja menerapkan
strategi-strategi tesebut sesuai dengan situasi mengajar dan jumlah siswa yang
diajar, agar pelaksanaan pembelajaran bisa efektif.
Namun, banyak
pengajar atau guru yang kurang kreatif dalam mengelola kelasnya. Saat di kelas
guru cenderung menjadi pusat belajar siswa. Hal ini menyebabkan banyak siswa
yang kurang aktif dan kurang dalam pengetahuan akademisnya, karena hanya
mengandalkan apa yang disampaikan oleh guru. Guru searusnya bisa mengkondisikan
kelas dan membuat siswa bisa berpikir sekreatif mungkin.
Dalam hal ini,
salah satu strategi pembelajaran yang bisa diterapkan oleh para guru untuk
memancing siswa agar bisa berpikir kritis adalah strategi pembelajaran berbasis
masalah. Dalam strategi ini, siswa dituntut untuk aktif mencari pemecahan dari
suatu masalah yang diberikan oleh guru, seingga siswa arus mampu untuk berpikir
aktif dalam mencari pemecahan masalahnya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?
2.
Apa
saja ciri-ciri dan komponen dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?
3.
Apa
tujuan dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?
4.
Bagaimana
penerapan dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?
5.
Apa
saja keunggulan dan kelemahan dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.
Untuk
mengetahui ciri-ciri dan komponen dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
3.
Untuk
mengetahui tujuan dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
4.
Untuk
mengetahui bagaimana penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
5.
Untuk
mengetahui keunggulan dan kelemahan dari Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pada hakikatnya, program pembelajaran bertujuan
tidak hanya memahami dan menguasai apa dan bagaimana sesuatu terjadi,tetapi
membarikan pemahaman tentang “ mengapa hal itu terjadi”.Berpijak pada
permasalahan tersebut,maka pembelajaran berbasis masalah sangat penting untuk
diterapkan.Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang
dihadapi didalam hidupnya,baik masalah dalam diri sendiri maupun masalah dalam
kehidupan bermasyarakat.Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang
handal dalam pemecahan masalah maka diperlukan serangkaian strategi
pembelajaran pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
Pengajaran
berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut
Dewey belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus
dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan
lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa
bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari
bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah
itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Pendekatan
pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) yaitu konsep
pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang
dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta
didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih
realistik (nyata)
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu
strategi pembelajaran dalam konteks kehidupan nyata yang berorientasi pada pemecahan
masalah serta mengembangkan berpikir kritis, sintetik, dan praktikal dengan
memanfatkan multiple intellegencies untuk membiasakan belajar bagaimana
belajar.
B.
Ciri-ciri
dan Komponen-Komponen Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pertama, strategi pembelajaran
berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam
pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan,
mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi
pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
Kedua, aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah
menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa
masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Ketiga, pemecahan masalah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan
menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses
berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya
berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris
artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Komponen-Komponen
Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran
berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends, diantaranya adalah :
1. Permasalahan autentik. Model
pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah nyata yang penting
secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi
peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang
sederhana.
2. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan
agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar menggunakan berbagai
perspektif keilmuan.
3. Pengamatan autentik. Hal ini
dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik diwajibkan untuk
menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat
prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,
membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
4. Produk. Peserta didik dituntut untuk
membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan
dan didemonstrasikan kepada orang lain.
5. Kolaborasi. Dapat mendorong
penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan sosial
Konsep
Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis
masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses penyelesaian masalah.
Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih
bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model
pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika:
1. Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan
hafal materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya.
2. Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan
membuat kemampuan intelektual siswa bertambah
3. Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab
dalam belajarnya
4. Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan
antara teori yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di
luar kelas
5. Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan
pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.
C.
Tujuan
Pembelajaran Berbasis Masalah
Tujuan
dari penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah siswa mampu berpikir
kritis terhadap suatu masalah, mampu menyelesaikan masalah dengan mandiri, dan
mampu menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Siswa juga diharapkan mampu
menemukan berbagai pemecahan dalam masalah yang dihadapi agar siswa itu
benar-benar paham akan masalah yang dihadapi.
D. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif,
kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk
menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang
bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula
dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik
menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya
di bawah petunjuk fasilitator (guru). Pembelajaran Berbasis Masalah
menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber
pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan
kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih
diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan
guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan
sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang
guru.
Pembelajaran
berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang,
melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk
memecahkan masalah.
Untuk
mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan
masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas,
memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan
penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus
mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan
pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan
masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir
tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Kemampuan
pemecahan masalah sangat penting bagi siswa dan masa depannya.Para ahli
pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas
tertentu,dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan
termasuk ilmu sejarah.Persoalan mengenai bagaimana mengajarkan pemecahan
masalah tidak akan pernah terselesaikan tanpa melihat jenis masalah yang ingin
dipecahkan,saran,serta variable-variabel pembawaan siswa.
John
Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam
pembelajaran berbasis masalah ini :
a. Merumuskan masalah. Guru
membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam
proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah
tersebut.
b. Menganalisis masalah. Langkah
peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis. Langkah
peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki.
d. Mengumpulkan data. Langkah
peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan
untuk memecahkan masalah.
e. Pengujian hipotesis. Langkah
peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan
penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
f. Merumuskan rekomendasi
pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat
dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sedangkan
menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan
kelompok :
a. Mendefinisikan masalah.
Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung konflik hingga
peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta
pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.
b. Mendiagnosis masalah, yaitu
menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c. Merumuskan alternatif strategi.
Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.
d. Menentukan & menerapkan
strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dilakukan.
e. Melakukan evaluasi. Baik
evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Secara
umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
1. Menyadari Masalah. Dimulai
dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan. Kemampuan yang harus
dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap
kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
2. Merumuskan Masalah. Rumusan
masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan
berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan peserta didik
dapat menentukan prioritas masalah.
3. Merumuskan Hipotesis. peserta
didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin
diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
4. Mengumpulkan Data. peserta
didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan
adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan
dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
5. Menguji Hipotesis. Peserta
didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas untuk melihat
hubungan dengan masalah yang diuji.
Kondisi yang Mendukung Diterapkannya SPBM
- Manakala guru
ingin siswa tidak hanya sekedar mengingat materi saja, tetapi menguasai
dan memahaminya secara penuh.
- Apabila guru
bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa.
- Manakala guru
menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat
tantagan intelektual siswa.
- Jika guru ingin
mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
- Jika guru ingin
agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan
dalam kehidupannya (hubungan antara teori dan kenyataannya)
Kriteria Pemilihan Bahan Pelajaran dalam SPBM
- Bahan pelajaran
harus mengundang isu-isu yang mengandung konflik, bisa dari berita,
rekaman video, dll.
- Bahan yang dipilih
adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa.
- Bahan yang dipilih
merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal).
- Bahan yang dipilih
merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki
oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
- Bahan yang dipilih
sesuai dengan minat siswa sehingga mereka merasa perlu menggunakannya.
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
- Menyadari Masalah
- Merumuskan Masalah
- Merumuskan
Hipotesis
- Mengumpulkan Data
- Menguji Hipotesis
- Menentukan Pilihan
Penyelesaian
Menetukan
Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat
terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya. Sintaks Pembelajaran
Berbasis Masalah
Untuk
lebih jelasnya langkah-langkah atau sintaks strategi pembelajaran berbasis
masalah adalah sebagai berikut :
Fase
|
Indikator
|
Tingkah Laku Guru
|
1
|
Orientasi siswa pada masalah
|
Menjelasakan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
|
2
|
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
|
Membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
|
3
|
Membimbing pengalaman
individual/ kelompok
|
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
|
4
|
Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
|
Membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
|
5
|
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
|
Membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang
mereka gunakan
|
Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem-Based Learning)
Sebelum memulai proses
belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta
mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang
peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas
guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan
mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Penilaian dan Evaluasi
Prosedur-prosedur penilaian harus
disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dan hal yang paling
utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan valid.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru.
E.
Keunggulan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model
pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya adalah:
1. Pemecahan masalah merupakan
teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat
menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan
pengetahuan baru bagi peserta didik.
3. Pemecahan masalah dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4. Pemecahan masalah dapat
membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat
membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah
dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7. Pemecahan masalah dapat
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
9. Pemecahan masalah dapat
mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar.
Disamping
keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1. Manakala peserta didik tidak
memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari
sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi
pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka
berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak
akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran berbasis masalah adalah
salah satu strategi pembelajaran dalam konteks kehidupan nyata yang
berorientasi pada pemecahan masalah serta mengembangkan berpikir kritis,
sintetik, dan praktikal dengan memanfatkan multiple intelligence. Kemudian
ciri-ciri SPBM yaitu pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan
peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi
pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta
didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya. Yang kedua yaitu aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. Dan yang ketiga yaitu pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan
metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif.
Secara umum, Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu
menyadari masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis, menentukan pilihan, dan penyelesaian masalah. Selain itu
juga, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah juga mempunyai kekurangan dan
kelebihan, disini peran guru sangat diperlukan untuk bisa menciptakan suasana
belajar yang efektif dan kreatif.
B.
Saran
Sebagai calon tenaga pendidik,
seharusnya kita mengerti dan memahami cara dan hal-hal yang berkaitan dengan
perkembangan peserta didiknya dalam proses belajar dan mengajar, sehingga kita
mengetahui dan memahami pula strategi apa yang bisa dipakai dalam proses
pembelajaran, guna untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan untuk anak didik. Karena berhasil atau
tidaknya suatu pembelajaran bukan hanya dinilai dari hasil evaluasi saja, tetapi
juga dalam proses pembelajaran itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Sanjaya,
wWina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung:
Kencana.
http://www.idsejarah.net/2014/11/strategi-pembelajaran-berbasis-masalah.html
Isriani, Hardini. 2012.
Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta:
Familia.
Dr.Nunuk
Suryani dan Drs. Leo Agung. 2012. Strategi
Belajar Mengajar: Yogyakarta: Ombak.
