Type Here to Get Search Results !

STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (SPBM)


STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (SPBM)


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak, dikarenakan angka pertumbuhan penduduk setiap tahunnya juga sangat tinggi. Kebanyakan dari jumlah penduduk di Indonesia saat ini berada di masa produktif atau bisa juga dikatakan ada pada masa remaja dan dewasa. Hal ini menunjukkan bawa penduduk Indonesia yang berada di usia sekolah masih banyak. Di masa-masa produktif seperti itu penduduk Indonesia masih harus menata pendidikan sebaik mungkin untuk mencapai masa depan yang baik.
Dalam pelaksanaan pendidikan, di Indonesia ada berbagai macam cara pengajaran yang bisa dilakukan oleh para pengajar. Cara pengajaran yang dilakukan oleh pengajar bisa disebut strategi. Ada bermacam-macam strategi yang bisa diterapkan oleh para guru pada saat pembelajaran, seperti strategi pembelajaran ekspositori, inkuiri, berbasis masalah, kooperatif, dan lain sebagainya. Guru bisa saja menerapkan strategi-strategi tesebut sesuai dengan situasi mengajar dan jumlah siswa yang diajar, agar pelaksanaan pembelajaran bisa efektif.
Namun, banyak pengajar atau guru yang kurang kreatif dalam mengelola kelasnya. Saat di kelas guru cenderung menjadi pusat belajar siswa. Hal ini menyebabkan banyak siswa yang kurang aktif dan kurang dalam pengetahuan akademisnya, karena hanya mengandalkan apa yang disampaikan oleh guru. Guru searusnya bisa mengkondisikan kelas dan membuat siswa bisa berpikir sekreatif mungkin.
Dalam hal ini, salah satu strategi pembelajaran yang bisa diterapkan oleh para guru untuk memancing siswa agar bisa berpikir kritis adalah strategi pembelajaran berbasis masalah. Dalam strategi ini, siswa dituntut untuk aktif mencari pemecahan dari suatu masalah yang diberikan oleh guru, seingga siswa arus mampu untuk berpikir aktif dalam mencari pemecahan masalahnya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?
2.      Apa saja ciri-ciri dan komponen dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?
3.      Apa tujuan dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?
4.      Bagaimana penerapan dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?
5.      Apa saja keunggulan dan kelemahan dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri dan komponen dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
3.      Untuk mengetahui tujuan dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
4.      Untuk mengetahui bagaimana penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
5.      Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pada hakikatnya, program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai apa dan bagaimana sesuatu terjadi,tetapi membarikan pemahaman tentang “ mengapa hal itu terjadi”.Berpijak pada permasalahan tersebut,maka pembelajaran berbasis masalah sangat penting untuk diterapkan.Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi didalam hidupnya,baik masalah dalam diri sendiri maupun masalah dalam kehidupan bermasyarakat.Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang handal dalam pemecahan masalah maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey  belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) yaitu konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata)
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi pembelajaran dalam konteks kehidupan nyata yang berorientasi pada pemecahan masalah serta mengembangkan berpikir kritis, sintetik, dan praktikal dengan memanfatkan multiple intellegencies untuk membiasakan belajar bagaimana belajar.

B.      Ciri-ciri dan Komponen-Komponen Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends, diantaranya adalah :
1.      Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
2.      Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
3.      Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
4.      Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
5.      Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial
Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika:
1.      Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya.
2.      Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan intelektual siswa bertambah
3.      Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya
4.      Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas
5.      Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.

C.    Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
Tujuan dari penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah siswa mampu berpikir kritis terhadap suatu masalah, mampu menyelesaikan masalah dengan mandiri, dan mampu menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Siswa juga diharapkan mampu menemukan berbagai pemecahan dalam masalah yang dihadapi agar siswa itu benar-benar paham akan masalah yang dihadapi.

D.    Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru). Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa dan masa depannya.Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu,dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan termasuk ilmu sejarah.Persoalan mengenai bagaimana mengajarkan pemecahan masalah tidak akan pernah terselesaikan tanpa melihat jenis masalah yang ingin dipecahkan,saran,serta variable-variabel pembawaan siswa.
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini :
a.       Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut.
b.      Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c.       Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d.      Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e.       Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
f.       Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok :
a.       Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.
b.      Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c.       Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.
d.      Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dilakukan.
e.       Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.  
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
1.      Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
2.      Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
3.      Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
4.      Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
5.      Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
Kondisi yang Mendukung Diterapkannya SPBM
  1. Manakala guru ingin siswa tidak hanya sekedar mengingat materi saja, tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
  2. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa.
  3. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantagan intelektual siswa.
  4. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
  5. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dan kenyataannya)
Kriteria Pemilihan Bahan Pelajaran dalam SPBM
  1. Bahan pelajaran harus mengundang isu-isu yang mengandung konflik, bisa dari berita, rekaman video, dll.
  2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa.
  3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal).
  4. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
  5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga mereka merasa perlu menggunakannya.
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
  1. Menyadari Masalah
  2. Merumuskan Masalah
  3. Merumuskan Hipotesis
  4. Mengumpulkan Data
  5. Menguji Hipotesis
  6. Menentukan Pilihan Penyelesaian
Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk lebih jelasnya langkah-langkah atau sintaks strategi pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
Fase
Indikator
Tingkah Laku Guru
1
Orientasi siswa pada masalah
Menjelasakan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3
Membimbing pengalaman individual/ kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan



Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Penilaian dan Evaluasi
Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan valid.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru.
E.     Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah:
1.      Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2.      Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3.      Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4.      Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.      Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.      Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8.      Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1.      Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3.      Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi pembelajaran dalam konteks kehidupan nyata yang berorientasi pada pemecahan masalah serta mengembangkan berpikir kritis, sintetik, dan praktikal dengan memanfatkan multiple intelligence. Kemudian ciri-ciri SPBM yaitu pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya. Yang kedua yaitu aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Dan yang ketiga yaitu pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif.
Secara umum, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu menyadari masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, menentukan pilihan, dan penyelesaian masalah. Selain itu juga, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah juga mempunyai kekurangan dan kelebihan, disini peran guru sangat diperlukan untuk bisa menciptakan suasana belajar yang efektif dan kreatif.
B.     Saran
Sebagai calon tenaga pendidik, seharusnya kita mengerti dan memahami cara dan hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan peserta didiknya dalam proses belajar dan mengajar, sehingga kita mengetahui dan memahami pula strategi apa yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran, guna untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan untuk anak didik. Karena berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran bukan hanya dinilai dari hasil evaluasi saja, tetapi juga dalam proses pembelajaran itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, wWina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana.
http://www.idsejarah.net/2014/11/strategi-pembelajaran-berbasis-masalah.html
Isriani, Hardini. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia.
Dr.Nunuk Suryani dan Drs. Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar: Yogyakarta: Ombak.




Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.